Di Indonesia kita mengenal jenjang pendidikan perguruan tinggi mulai dari diploma hingga sarjana. Mungkin masih ada nih di antara kamu yang sedang galau atau bingung antara memilih pendidikan diploma dan sarjana.
Sebenarnya apa sih diploma itu?
Nah, pendidikan diploma itu sebenarnya adalah pendidikan tinggi yang fokus pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Ada beberapa jenis diploma, mulai dari Diploma Satu (D1) sampai Diploma Empat (D4). Yuk, kita bahas lebih lanjut perbedaan antara program diploma ini!
Kalian familiar kan sama gelar A.Md?
So, Lulusan dari jenjang D3 akan mendapatkan gelar A.Md atau Ahli Madya. Saat ini, sudah banyak universitas yang membuka program pendidikan yang satu ini. Jadi, jangan heran kalau program pendidikan ini punya banyak peminat, sebab para lulusannya bisa langsung terjun ke dunia kerja.
Baca Juga: Tak Kalah dengan Sarjana, Ini Keunggulan Kuliah Pendidikan Vokasi
Universitas Serang Raya juga punya program pendidikan vokasi, lho! Dengan berbagai Jurusan, mahasiswa punya fleksibilitas untuk memilih program yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan karier mereka. Pendidikan vokasi sangat penting dalam mendukung industri dan ekonomi dengan menyediakan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja.
Gimana, sudah lebih paham kan tentang jenjang pendidikan diploma? Siap-siap deh pilih yang paling cocok buat kamu dan jangan lupa pilih Unsera! (H)
di Indonesia menggelar berbagai jenjang
, mulai dari diploma hingga sarjana. Diploma itu sendiri terbagi lagi menjadi empat program, yakni diploma satu (D1), diploma dua (D2), diploma tiga (D3), dan diploma empat (D4).
Perbedaan jenjang pendidikan Diploma dan Sarjana
Hal ini lantas membuat calon
bertanya-tanya, apa perbedaan pendidikan diploma dan sarjana? Secara umum, yang membedakan kelima jenjang pendidikan itu adalah durasi belajar dan gelar yang diperoleh. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak penjelasan berikut dikutip dari laman
Diploma satu memiliki masa studi selama satu tahun atau hanya dua semester. Mata kuliah yang harus dipenuhi adalah sebanyak 32 satuan kredit semester (SKS). Adapun tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan berupa kerja praktik dan laporan karya ilmiah.
Di jenjang pendidikan ini, mahasiswa dipersiapkan untuk menguasai suatu kemampuan tertentu. Sehingga, lebih banyak dibekali dengan praktik yang bisa digunakan di dunia kerja daripada teori.
Lulusan program D1 akan menyandang gelar A.P atau Ahli Pratama dengan kualifikasi tenaga terampil di dunia kerja. Dengan begitu, diharapkan dapat langsung terjun ke dunia kerja.
Diploma dua memiliki masa studi selama dua tahun atau empat semester. Mata kuliah yang harus dipenuhi adalah sebanyak 64 SKS. Sama seperti D1, tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan program ini berupa kerja praktik dan laporan karya ilmiah.
Di jenjang pendidikan ini, mahasiswa juga dibekali lebih banyak praktik ketimbang teori. Hal ini bertujuan agar lulusan memiliki kemampuan lebih terasah, sehingga bisa langsung terjun ke dunia kerja.
Adapun lulusan program D2 akan menyandang gelar A.Ma atau Ahli Muda dengan kualifikasi tenaga terampil di dunia kerja.
Diploma tiga memiliki masa studi selama tiga tahun atau enam semester. Mata kuliah yang harus dipenuhi sebanyak 112 SKS. Sama seperti D1 dan D2, tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan program ini berupa kerja praktik dan laporan karya ilmiah.
Jenjang pendidikan yang satu ini lebih diminati daripada program diploma lainnya. Alhasil, banyak perguruan tinggi mulai membuka program D3. Adapun lulusan bakal menyandang gelar A.Md atau Ahli Madya.
Diploma empat memiliki masa studi selama empat tahun atau delapan semester. Mata kuliah yang harus dipenuhi sebanyak 144 SKS. Lulusan program ini nantinya bakal mendapat gelar S.ST atau Sarjana Sains Terapan.
Jenjang pendidikan ini seringkali disamakan dengan program sarjana. Tak ayal, program ini disebut sebagai sarjana terapan.
Adapun yang membedakan program D4 dan sarjana adalah ilmu yang dipelajari. Pendidikan D4 lebih berfokus pada ilmu-ilmu praktik atau terapan, sedangkan proram sarjana lebih banyak mempelajari ilmu teori.
Sarjana atau dikenal juga strata satu membutuhkan masa studi selama empat hingga enam tahun dengan bobot mata kuliah 144-160 SKS. Syarat untuk lulus dari program ini adalah menyelesaikan karya ilmiah yang disebut skripsi.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, program sarjana lebih banyak mempelajari ilmu teoritis. Atau lebih tepatnya, 60 persen teori dan 40 persen praktik. Oleh karena itu, lulusan program sarjana biasanya lebih unggul dalam segi teoritis daripada terapan.
Adapun lulusan S1 nantinya akan mendapat gelar berawalan huruf “S” yang berarti Sarjana.
Itulah perbedaan pendidikan D1, D2, D3, D4, dan S1. Pada dasarnya, semua jenjang pendidikan membekali mahasiswanya dengan ilmu-ilmu yang dibutuhkan di dunia kerja. Hal terpenting, pilihlah program pendidikan yang sesuai dengan keinginan dan jangan mudah terpengaruh orang lain. (
Cek berita medcom.id terbaru dan menarik lainnya di
Mungkin ada beberapa di antara kamu, adik atau kerabatmu yang baru saja lulus SMA/sederajat, dan sedang bingung memilih jenjang pendidikan apa yang akan diambil nantinya?
Di Indonesia sendiri, ada tiga macam program pendidikan yang diterapkan, ada pendidikan akademik yang mencakup pendidikan S1, S2, dan S3; pendidikan vokasi yang mencakup D1 sampai dengan D4; serta pendidikan profesi. Nah, kebanyakan lulusan SMA/sederajat belum banyak tahu, pun masih bingung memilih antara D3 atau S1. Banyak juga yang menganggap S1 lebih unggul dari D3. Padahal, masing-masing jenjang pendidikan ini punya keunggulannya sendiri.
Agar lebih jelas dan terarah ke mana nantinya akan melanjutkan studi selepas lulus SMA/sederajat, pahami dulu yuk perbedaan antara D1, D2, D3, D4, dan S1 yang terangkum dalam Hipwee Sukses berikut.
Jenjang pendidikan Diploma 1 (D1) punya durasi satu tahun untuk memberikan pembekalan keterampilan tertentu yang bisa diterapkan di dunia kerja
Nggak butuh waktu lama untuk berkuliah di D1 karena durasi studinya cukup singkat. Iya, cuma satu tahun alias dua semester saja kamu sudah bisa dapat gelar A.P. alias Ahli Pratama. Dalam satu tahun itu, kamu akan menempuh SKS (Satuan Kredit Semester) sebanyak 32 SKS di mana tugas akhirnya berupa praktik dan laporan karya ilmiah.
Contoh program studi D1 misalnya Kebendaharaan Negara di Politeknik Keuangan Negara.
Perbedaan D2 dengan D1 hanyalah dari segi durasi tempuh dan SKS yang harus diselesaikan. Tentunya, teori dan juga praktik yang didapatkan lebih banyak daripada berkuliah di program D1. Ketika lulus nanti, kamu akan mendapatkan gelar A.Ma atau Ahli Muda.
Contoh program studi D2 misalnya Pengujian Kendaraan Bermotor, di Sekolah Tinggi Transportasi Darat.
Sekarang ini, sudah banyak lo perguruan tinggi yang membuka program studi D3 yang durasi tempuhnya selama tiga tahun dengan SKS sebanyak 112 SKS. Pilihan program studinya pun lebih beragam, seperti misalnya Penyiaran di BINUS University atau pun Pariwisata du Universitas Airlangga. Setelah lulus nanti, kamu akan dapat gelar A.Md atau Ahli Madya dan bisa langsung terjun ke dunia kerja.
Untuk menyelesaikan program studi D4, kamu perlu menghabiskan waktu selama 4 tahun dan 144 SKS, sama seperti S1. Bedanya, D4 lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu praktik atau terapan ketimbang ilmy teorinya. Makanya, program studi D4 ini kerap disebut sebagai Sarjana Terapan. Nah, lulus dari sini, kamu akan mendapatkan gelar S.ST atau Sarjana Sains Terapan.
Contoh program studi D4 seperti Teknik Pengolahan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil di Universitas Gadjah Mada.
Berbeda dengan program vokasi, strata satu/sarjana/S1 lebih banyak mempelajari hal-hal yang sifatnya teoritis
Ketika kuliah sarjana, kamu akan mempelajari 60% teori dan 40% praktik dalam kurun waktu 4 tahun dengan SKS sebanyak 144-166 SKS. Nah, untuk bisa menyelesaikan studi S1, kamu perlu merampungkan tugas akhir yang diberi nama skripsi yang punya beban sebanyak 6 SKS. Kalau sudah lulus, kamu akan dapat gelar dengan awalan “S” yang diikuti dengan singkatan dari jurusan perkuliahan yang kamu ambil.
Jenjang pendidikan maupun program-program pendidikan yang sudah dijelaskan di atas semuanya bagus dan punya keunggulan masing-masing. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana kamu menerapkan ilmu yang didapat nantinya di dunia kerja. Dan jangan lupa, buatlah pilihan berdasarkan minatmu, ya!
Perguruan tinggi hadir untuk memenuhi kebutuhan siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang hendak mendalami suatu bidang keilmuan secara mendalam. Perguruan tinggi menduduki tingkat yang paling tinggi dalam jenjang pendidikan. Institusi pendidikan tinggi meliputi universitas, akademi, institut serta politeknik. Tingkatan pada pendidikan tinggi terdiri dari D1, D2, D3, S1, S2 dan S3. Terdapat pilihan jurusan kuliah dan spesialisasi yang sangat beragam bagi siswa yang mendaftar di perguruan tinggi.
Selain melalui jenjang-jenjang pendidikan di atas, anak Anda juga bisa belajar dengan mengikuti kursus untuk menunjang kemampuannya di luar sekolah. Di EF, kami menyediakan kursus dengan program-program menarik untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris.
EF juga menyediakan program-program yang didekasikan khusus untuk siswa-siswi di tingkatan pendidikan tertentu. Sehingga, anak-anak akan mendapatkan pendidikan bahasa Inggris terbaik yang telah disesuaikan dengan kemampuannya belajar melalui metode unik yang kami miliki.
Terdapat penawaran dengan harga terbaik khusus pendaftaran di bulan Januari. Pastikan Anda tidak melewatkan kesempatan ini dengan menekan tombol pink pada bagian bawah laman!
tribratanews.lampung.polri.go.id. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan profiling terhadap remaja berinisial HOK (19), yang menjadi ditangkap dalam kasus dugaan tindak pidana terorisme di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Kabag Renmin Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan bahwa tersangka HOK sejak beberapa tahun terakhir tidak lagi mengikuti pendidikan formal.
"Dia memang pernah bersekolah di SD, kemudian setelah itu lebih banyak mengikuti pendidikan pendidikan informal sampai dengan jenjang SMA," jelas Aswin Siregar kepada wartawan, Senin (5/8/2024).
"Riwayat pendidikan yang bersangkutan, terakhir mengikuti pendidikan formal hanya sampai SD, kalau yang kita catat. Jadi selebihnya mengikuti pendidikan, susah mengkategorikan formal tidak formal, karena kan yang bersangkutan juga lulus juga ya," imbuhnya.
Selanjutnya, kata Aswin, jenjang pendidikan yang ditempuh tersangka HOK setelah lulus SD berlanjut ke tingkat SMP, dan kemudian SMA. Namun di tingkat SMA, tersangka hanya sampai kelas 1.
"Kemudian terakhir, yang bersangkutan pada saat kelas, SMA kelas 1, itu keluar dari sebuah pondok pesantren ya, itu setara dengan kelas 1 SMA waktu itu yang bersangkutan," ungkapnya.
"Itu terakhir pendidikan formalnya dia setingkat kelas 1 SMA. Tapi bukan di SMA, (melainkan) di pondok pesantren," tambahnya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri berhasil menangkap terduga tindak pidana terorisme berinisial HOK (19), di Jalan Langsep, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu Malang, Rabu (31/7/2024), malam.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan HOK ditangkap sekitar pukul 19.15 WIB. Pelaku berencana untuk melakukan aksi bom bunuh diri dengan sasaran tempat ibadah
“Dari hasil penyelidikan, tersangka diketahui berencana melakukan aksi teror bom bunuh diri di tempat ibadah dengan menggunakan bahan peledak berdaya ledak tinggi,” ungkap Trunoyudo dalam keterangannya, Kamis (1/8/2024).
Trunoyudo membeberkan, HOK merupakan simpatisan dari kelompok teroris Daulah Islamiyah yang berafiliasi dengan ISIS. Selain menangkap tersangka, Densus juga mengamankan beberapa orang untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
tribratanews.lampung.polri.go.id. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan profiling terhadap remaja berinisial HOK (19), yang menjadi ditangkap dalam kasus dugaan tindak pidana terorisme di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Kabag Renmin Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan bahwa tersangka HOK sejak beberapa tahun terakhir tidak lagi mengikuti pendidikan formal.
"Dia memang pernah bersekolah di SD, kemudian setelah itu lebih banyak mengikuti pendidikan pendidikan informal sampai dengan jenjang SMA," jelas Aswin Siregar kepada wartawan, Senin (5/8/2024).
"Riwayat pendidikan yang bersangkutan, terakhir mengikuti pendidikan formal hanya sampai SD, kalau yang kita catat. Jadi selebihnya mengikuti pendidikan, susah mengkategorikan formal tidak formal, karena kan yang bersangkutan juga lulus juga ya," imbuhnya.
Selanjutnya, kata Aswin, jenjang pendidikan yang ditempuh tersangka HOK setelah lulus SD berlanjut ke tingkat SMP, dan kemudian SMA. Namun di tingkat SMA, tersangka hanya sampai kelas 1.
"Kemudian terakhir, yang bersangkutan pada saat kelas, SMA kelas 1, itu keluar dari sebuah pondok pesantren ya, itu setara dengan kelas 1 SMA waktu itu yang bersangkutan," ungkapnya.
"Itu terakhir pendidikan formalnya dia setingkat kelas 1 SMA. Tapi bukan di SMA, (melainkan) di pondok pesantren," tambahnya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri berhasil menangkap terduga tindak pidana terorisme berinisial HOK (19), di Jalan Langsep, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu Malang, Rabu (31/7/2024), malam.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan HOK ditangkap sekitar pukul 19.15 WIB. Pelaku berencana untuk melakukan aksi bom bunuh diri dengan sasaran tempat ibadah
“Dari hasil penyelidikan, tersangka diketahui berencana melakukan aksi teror bom bunuh diri di tempat ibadah dengan menggunakan bahan peledak berdaya ledak tinggi,” ungkap Trunoyudo dalam keterangannya, Kamis (1/8/2024).
Trunoyudo membeberkan, HOK merupakan simpatisan dari kelompok teroris Daulah Islamiyah yang berafiliasi dengan ISIS. Selain menangkap tersangka, Densus juga mengamankan beberapa orang untuk dimintai keterangan lebih lanjut.